The Sleeping Tree (Pohon Tidur)
Current, Digital, Research and DevelopmentThe Sleeping Tree (Pohon Tidur)

Every night, deep in the forests of North Sumatra, Siamang Gibbons sleep in special sleeping trees, choosing one of six trees for the family to return to each evening, the same six trees that they have used for generations.
The Sleeping Tree is a long form, durational, sound experience that will inhabit the Dome Concert Hall connecting audiences with a distant and fragile ecosystem. Developed from environmental data and 5000+hours of audio collected during a 3 month-long mapping process, the installation follows the traces of one of the remaining families of Siamang, as they wake, call, roam and rest in their forest.
The Sleeping Tree creates an evolving, immersive sound and time scape over a 36 hour period of the most important and biodiverse rainforests; from dusk to dawn to dusk again. Strapped to a real time capture the work asks you to be inside the forest and let it seep into you, to become lost and drift, to lie, to sleep and to return to one of the planet’s most important ecosystems.
This work has been made alongside Bournemouth University and with rangers and primatologists from SOCP working on the frontline of conservation.
The Sleeping Tree will premier at Brighton Festival on the 6th and 7th May, with a special performance with Nabihah Iqbal on the Sunday evening.
‘Pohon Tidur’ berupaya untuk melacak perjalanan di dalam habitat kera siamang, melalui suara-suara yang direkam selama sebulan penuh untuk melihat pergerakan dan mendengarkan panggilan siamang di bagian hutan Sikundur, Pulau Sumatera.
Setiap malam, siamang tidur di pohon tidur tertentu yang mereka pilih berdasarkan ketinggian dan keamanannya, yang kemudian diwariskan ke keluarga dan generasi berikutnya. Bekerjasama dengan para kolega kami dari LEAP (Landscape, Ecology and Primatology), kami menggunakan data penelitian dan pola lokasi ‘pohon tidur’ dan ‘pohon panggilan’ yang dikumpulkan dari pengamatan sekelompok siamang sebagai peta untuk mempelajari bagian hutan ini selama satu bulan lebih.
Pengambilan suara terdiri dari dua metode; pertama, alat perekam yang kami kembangkan khusus bernama OFR (open field recorder) yang dapat ditinggalkan di dalam hutan untuk waktu yang lama dan merekam suara stereo berkualitas tinggi. Kedua, tim Invisible Flock menghabiskan waktu kurang dari sebulan bekerja dengan para ahli setempat untuk melacak pergerakan siamang menggunakan mikrofon satu arah dan ambisonik. Selama kami tinggal di hutan, kami menangkap berbagai titik awan (titik pindai LiDAR atau light detection and ranging) yang akan menjadi bagian besar dari aspek visual instalasi ini. Hasil pemindaian ini sangat akurat dan memiliki kualitas digital yang tinggi.










